Jumat, 22 Februari 2013

SEJARAH SENI ILUSTRASI DI INDONESIA

Istilah ilustrasi berasal dari bahasa latin ilustrare yang berarti menjelaskan. Penjelasan ini berhubungan dengan buku pelajaran, buku ilmiah, buku cerita, karya sastra, majalah, dan surat kabar. Selain itu, ilustasi dapat berfungsi untuk menghias halaman buku atau majalah dan surat kabar pada kolom-kolom tertentu. Jadi, gambar ilustrasi merupakan karya seni rupa dua dimensi yang bertujuan untuk memperjelas suatu pengertian.
        Seni ilustrasi di Indonesia sudah dikenal sejak lama, hanya tidak dipopulerkan seperti saat ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya gambar-ganbar yang terdapat di lembaran daun lontar yang fungsinya juga sebagai penghias. Contoh lainya wayang beber. Wayang ini berupa lembaran ilustrasi yang ceritanya dituturkan di muka umum oleh seorang dalang, bukan dimainkan seperti boneka (wayang kulit dan wayang golek). Sedangkan seni ilustrasi modern seperti yang kita kenal sekarang baru berkembang sejak masa penjajahan Belanda.
        Ketika balai pustaka didirikan pada tanggal 22 September 1917, banyak bermunculanilustrator dari Indonesia yang bekerja di majalah panji terbitan Balai Pustaka. Misalnya Ardisoma, Abdul Salam, Kasidi, Nasroen, dsb. Selain itu, juga banyak ilustrator Belanda seperti J. Fander Heiden, Juan Sluisters, dan Susan Beinon. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku-buku terbitan Indonesia yang menggunakan ilustrator Belanda.
        Pada masa pendudukan Jepang, kemajuan pemuda Indonesia pada bidang penerbitan dan penulisan membuat pemerintahan Jepang merasa khawatir dan curiga akan terjadinya pemberontakan sehingga dibentuklah Badan Sensor. Tujuannya agar setiap hasil karya pada pemuda yang keluar sesuai dengan keinginan pemerintah Jepang. Ilistrator yang terkenal pada saat itu adalah:Karyono, Nurman Camil, dan Surono yang bekerja pada majalah Asia Raya.
        Indonesia mulai membuat ilustrasi untuk uang kertas sendiri pada masa Orde Lama. Dengan kemajuan yang pesat di bidang tegnologi penerbitan dan ilustrasi, maka pada tahun 1951 pelukis Oesman Effwndi dan ilustrator Abdul Salam dikirim ke Belanda untuk mempelajari cara-cara membuat ilustrasi pada uang kertas, yang nantinya teknik-teknik ini akan diajarkan di tanah air.
        Pada masa Orde Baru ilustrator Indonesia berkembang dengan pesat bagaikan jamur tumbuh di musim hujan, terutama ilustrasi buku-buku cerita maupun buku pengetahuan dari berbagai penerbitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar